Gejala Perasaan Emosi - Psikologi


A.    GEJALA PERASAAN (EMOSI)

1.      Pengertian Perasaan

Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil sebuah bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.[1] Dalam pengertian lain perasaan ialah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan subyektif.[2]
gejala perasaan emosi
Perasaan adalah istilah yang awalnya berasal dari bahasa inggris “state” yang artinya keadaan. Dalam istilah ini seseorang anak merasakan keadaan yang cukup untuk mendorong melakukan tindakan sosialnya hingga berpengaruh besar pada proses kepribadian yang dimiliki.
Menurut Chaplin (1972) perasaan adalah keadaan (state) yang dialami oleh setiap individu sebagai bentuk proses akibat dari presepsi tindakan yang mempengaruhinya. Dalam arti ini keadaan tersebut dilakukan atas dorongan internal dan eksternal dalam kehidupan yang dijalankan.[3]
Unsur-unsur perasaan ialah :
a.       Bersifat subyektif daripada gejala mengenal
b.      Bersangkut paut dengan gejala mengenal
c.       Perasaan dialami sebagai rasa senang atau tidak senang, yang tingkatannya tidak sama.



Perasaan lebih erat hubungannya dengan pribadi seseorang dan berhubungan pula dengan gejala-gejala jiwa yang lain. Oleh sebab itu tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu tidak sama dengan tanggapan perasaan orang lain, terhadap hal yang sama.
Perasaan bukan merupakan suatu gejala kejiwaaan yang berdiri sendiri, tetapi bersangkut paut atau berhubungan erat dengan gejala-gejala jiwa yang lain, antara lain dengan gejala mengenal dan sebaliknya pada suatu ketika ada gejala perasaan yang menyertai peristiwa mengenal.
Gejala perasaan kita tergantung pada :
a.       Keadaan jasmani, misalnya badan kita dalam keadaan sakit, perasaan kita lebih mudah tersinggung daripada kalau badan kita dalam keadaan sehat dan segar.
b.      Pembawaan, ada orang yang mempunyai pembaawaan berperasaan halus, sebaliknya ada pula yang kebal perasaannya.
c.       Perasaan seseorang berkembang sejak ia mengalami sesuatu. Karena itu mudah dimengerti bahwa keadaan yang pernah mempengaruhinya dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya.
Selain faktor yang mempengaruhi diatas masih ada banyak hal yang  mepengaruhi perasaan manusia, misalnya keadaan keluarga, jabatan, pergaulan sehari-hari, cita-cita hidup dan sebagainya. Dalam kehidupan modern banyak alat yang dipergunakan untuk memperkaya rangsang emosi, seperti : televisi, radio, film, gambar, majalah,-majalah dan sebagainya.[4]
Tanggapan-tanggapan tubuh terhadap perasaan dapat berwujud :
a.       Mimik, gerakan roman muka.
b.      Pantomimik, gerakan-gerakan anggota badan bagi orang bisu dan tuli, terdiri dari gerakan-gerakan yang termasuk mimik dan pantomimik.
c.       Gejala pada tubuh, seperti denyut jantung bertambah cepat dari biasanya, muka menjadi pucat dan sebagainya.[5]
Jenis-jenis perasaan
Perasaan dibagi atas :
a.       Perasaan-perasaan jasmaniah, jenis perasaan ini sering pula disebut sebagai perasaan rendah, terdiri dari :
1)      Perasaan sensoris, yaitu perasaan yang berhubungan dengan stimuli terhadap indra, misalnya dingin, hangat, pahit, masam, dan sebagainya.
2)      Perasaan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kondisi jasmani pada umumnya,misalnya lelah, lesu, letih, lemah, segar, sehat, dan sebagainya.
b.      Perasaan-perasaan rohaniah, sering pula disebut sebagai perasaan luhur, terdiri atas :
1)      Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah misalnya, senang atau puas ketika berhasil (perasaan intelektual positif), kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).
2)      Perasaan etis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan baik dan buruk atau norma, misalnya puas ketika mampu melakukan yang baik, menyesal ketika gagal melakukan yang baik.
3)      Perasaan estesis, yaitu perasaan yang berhubungan dengan pengahayatan dan apresiasi tentang sesuatu yang indah atau tidak indah.
4)      Perasaan sosial, yaitu perasaan yang cenderung untuk mengikatkan diri dengan seseorang atau orang-orang lain, misalnya perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, rasa ingin menolong, rasa simpati, rasa setia kawan, dan sebagainya.
5)      Perasaan harga diri, yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghargaan diri seseorang, misalnya rasa senang, puas, bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain.[6]
2.      Pengertian Emosi
Menurut English and English, emosi adalah “A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activities” (suatu keadaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris). Sedangkan Sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan “setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada diri seseorang yang disertai warna efektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat luas (mendalam)[7]. Definisi lain dari emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak ada satupun yang dapat diterima secara universal, secara etimologis (asal kata), emosi berasal dari kata perancis emoticon, yang berasal dari emouvoir, ‘excite’, yang berdasarkan kata latin emovere, yang terdiri dari kata-kata e-(variant atau ex-), artinya ‘keluar’ dan movere  artinya ‘bergerak’ (istilah “motivasi” juga berasal dari kata movere). Dengan demikian emosi berarti “bergerak keluar”.[8]

Proses Terjadinya Emosi
Proses terjadinya emosi melibatkan faktor psikologis maupun faktor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang biasa netral, positif, ataupun negatif. Stimulus tersebut kemudian di tangkap oleh reseptor kita, lalu melalui otak. Kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempresepsikan sebuah kejadian.
Interpretasi yang kita buat kemudian memunculkan perubahan secara internal dalam tubuh kita. Perubahan tersebut misalnya napas tersengal, mata memerah, keluar air mata, dada menjadi sesak, perubahan raut wajah, intonasi suara, cara menatap dan perubahan tekanan darah kita. Pandangan teori kognitif menyebutkan emosi lebih banyak ditentukan oleh hasil interpretasi kita terhadap sebuah peristiwa. Kita biasa memandang dan menginterpretasikan sebuah peristiwa dalam presepsi atau penilaian negatif, tidak menyenangkan, menyengsarakan, menjengkelkan, mengecewakan.  Presepsi yang lebih positif seperti sebuah kewajaran, hal yang indah, sesuatu yang mengharukan, atau  membahagiakan. Interpretasi yang kita buat atas sebuah peristiwa mengkondisikan dan membentuk perubahan fisiologis kita secara internal, ketika kita menilai sebuah peristiwa secara lebih positif maka perubahan fisiologis kita pun menjadi lebih positif.[9]

Ciri-ciri Emosi

Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berfikir.
b.      Bersifat fluktuatif (tidak tetap)
c.       Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera.[10]
            Macam-macam Emosi
a.       Perasaan cinta
Rasa cinta adalah emosi di dalam diri manusia dimana seseorang memiliki perasaan terikat dengan orang lain, benda, ataupun hal lainnya. Contoh rasa cinta adalah persahabatan, kepercayaan, rasa dekat, kemesraan, hormat.
b.      Perasaan marah
Rasa marah merupakan kebalikan dari rasa cinta, yaitu emosi di dalam diri manusia yang memutuskan perasaan seseorang terhadap orang lain. Rasa benci merupakan emosi negatif sehinnga dapat menurunkan motivasi seseorang terhadap berbagai kegiatan. Contoh rasa marah, benci, kesal, mengamuk, beringas, jengkel.
c.       Perasaan sedih
Rasa sedih adalah suatu emosi manusia yang ditandai dengan perasaan tidak beruntung, kehilangan, dan ketidakberdayaan. Contoh perasaan sedih, putus asa, mengsihani diri sendiri, muram.
d.      Perasaan malu
Rasa malu adalah emosi dalam diri manusia akibat sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya.
e.       Perasaan benci
Rasa benci adalah suatu keadaan emosi manusia yang menggambarkan ketidaksukaan, permusuhan, antipati. Rasa benci bias terjadi karena sakit hati, ada ketidaksesuaian dengan perasaan, sehingga timbul rasa untuk menghindar, menjauhi, atau bahkan melenyapakan hal yang di benci tersebut.
f.       Perasaan takut
Rasa takut adalah emosi dalam diri manusia yang muncul pada saat situasi genting yang dihadapi seseorang. Contoh perasaan takut, cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri.
g.      Perasaan cemburu
Rasa cemburu adalah emosi di dalam diri manusia yang merujuk pada fikiran negatif dan perasaan terancam, takut, dan khawatir kehilangan sesuatu yang dianggap berharga dalam hubungan antar manusia.
h.      Perasaan dengki
Rasa dengki adalah emosi negatif di dalam diri seseorang dimana  orang tersebut merasa kurang senang melihat orang lain beruntung.[11]
Teori-teori Emosi
      Ada dua pendapat tentang terjadinya emosi, yaitu nativistik (emosi adalah bawaan) dan pendapat empirik (emosi dalah hasil belajar/pengalaman).[12]
      Salah satu penganut paham nativistik yang termasuk paling awal mengemukakan teori emosinya adalah Rene Descartes (1596-1650). Menurut Descartes, sejak lahir manusia mempunyai enam emosi dasar yaitu: cinta , kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum. Salah satu argumentasi yang yang melandasi teori-teori nativistik adalah bahwa ekspresi emosi pada dasarnya sama saja di antara hewan dan manusia , anak kecil, maupun orang dewasa.
Di sisi lain, golongan empiris sangat mengutamakan hubungan antara jiwa yang berpusat di otak (khususnya amygdala yang dipercaya sebagai pasat emosi), dengan rangsangan-rangasangan dari lingkungan melalui jaringan syaraf pada tubuh manusia, yaitu mulai dari perifer/tepi (indra) ke pusat, diolah di pusat (otak) dan kembali ke perifer/tepi (motorik, kelenjar-kelenjar) dalam bentuk reaksi-reaksi tubuh.
Selanjutnya ada tiga teori empirik klasik tentang emosi yang didasarkan pada hubungan otak/syaraf dengan rangsangan dari lingkungan, yang pertama adalah teori somatik oleh Willliam James pada tahun 1893 dan Carl Lange pada awal abad ke-20, menurut teori James-Lange, sebuah emosi adalah reaksi terhadap perubahan-perubahan dalam sistem fisiologi tubuh. Dalam praktik, teori ini digunakan sebagai dasar untuk terapi tertawa. Dalam satu kelompok, orang diminta tertawa sekeras-kerasnya walaupun tidak ada yang lucu, maka emosi senang dan gembira akan muncul karena tertawa itu.
Tetapi, Walter Canon dan Philip Bard (1929) membuktikan dengan penelitian-penelitiannya bahwa reaksi motorik timbul setelah takut, bukan reaksi motorik menimbulkan takut. Jadi, orang menjerit dan lari karena takut, bukan menjerit dulu baru takut.[13]
3.      Hubungan antara Perasaan dan Emosi
Menurut pandangan Dirgagunarsa, pearasaan (feeling) mempunyai dua arti, ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan, sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Dalam arti psikologis, perasaan mempunyai fungsi menilai, yaitu penilaian terhadap sesuatu hal. Makna penilaian ini tampak, misalnya, dalam rangka ungkapan berikut “Saya rasa nanti sore akan hujan”. Ungkapan itu berarti bahwa menurut penilaian saya, nanti sore akan hujan.
Di lain pihak, emosi mempunyai arti yang agak berbeda. Di dalam pengertian emosi sudah terkandung unsur perasaan yang mendalam (intense). Perkataan emosi sendiri berasal dari perkataan “emotus” atau emovere” yang artinya mencerca (to stir up), yaitu sesuatu yangn mendorong terhadap sesuatu.
4.      Perbedaan Perasaan dan Emosi
Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dikatakan seabagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang kuat (mendalam).[14]

B.     AFFEK DAN STEMMING (SUASANA HATI)

Affek merupakan peristiwa psikis dapat diartikan sebagai rasa ketegangan hebat kuat, yang timbul dengan tiba-tiba dalam waktu singkat, tidak disadari dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang hebat pula. Sebagai akibatnya, pribadi yang dihinggapi affek tersebut mengenal atau tidak menyadari lagi terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Kejahatan dan perbuatan durjana lainnya banyak dilakukan orang, oleh karena didorong affek yang hebat itu. Affek ini pada umumnya tidak pernah berlangsung lama, karena sifatnya yang terlalu kuat. Misalnya: kekuatan, kemurkaan, kemuakan, ledakan dendam kesumat, kebencian yang menyala-nyala, cinta birahi, kastase (kehanyutan jiwa), dan lain sebagainya.
Wilhelm Wundt, tokoh psikologi eksperimental dalam sebuah analisias intropeksi telah menemukan affek dalam tiga komponen, yakni:
a.       Affek yang diseratai perasaan senang dan tidak senang.
b.      Affek yang menimbulkan kegiatan jiwa atau melemahkan.
c.       Affek yang berisi penuh ketegangan dan affek penuh relaks (mengendorkan)
Sedangkan Immanuel Kant membagi affek tersebut dalam dua kategori, yaitu :
a.       Affek Sthenis (sthenos = kuat, perkasa) dengan nama individu menyadari kemampuan dan kekuatan tenaganya, sehingga aktivitas jasmani dan rohani bias dipertinggi. Misalnya : dorongan untuk bekerja.
b.      Affek Asthenis, ialah affek yang membawa perasaan kehilangan kekuatan, sehingga aktifitas fisik dan psikisnya terlumpuhkan karenanya. Misalnya kejutan hebat sehingga melumpuhkan diri, dan lain sebagainya.
Stemming atau suasana hati dapat diartikan sebagai suasana hati yang berlangsung agak lama, lebih tenang, berkesinambungan dan ditandai dengan ciri-ciri perasaan senang atau tidak senang. Sebab-sebab suasana hati itu pada umumnya ada dalam bawah sadar, namun ada kalanya juga disebabkan oleh factor jasmaniah. Jika suasana ini konstan sifatnya, maka peristiwa ini disebut “humeur”.[15]

C.    SIMPATI, EMPATI, DAN MASALAH PRAKTIS

Simpati, pengertian yang sederhana adalah perasaan terhadap orang lain. Penjelasan mengenai simpati ialah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Dengan kata lain suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan sesuatu yang sedang sirasakan oleh orang lain (feeling with another person).
Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama, atau karena berasal dari daerah yang sama, dan sebagainya.
Gejala perasaan yang berlawanan dengan simpati ialah antipati gejala perasaan ini menunjukkan ketidaksenangan kepada orang lain berupa kebencian.
Empati ialah suatu kecenderungan untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andai kata ia dalam situasi orang tersebut. Karena empati, orang menggunakan perasaannya dengan effektif di dalam situasi orang lain, didorong oleh emosinya seolah-olah dia ikut mengambil bagian dalam gerakan-gerakan yang dilakukan orang lain. Di sini ada situasi “feeling into person or thing”.
Contoh: kita mengikuti pertandingan sepak bola yang pada waktu itu kesebelasan dari sekolah kita bertanding. Setelah pertandingan berlangsugn lama, kedua belahpihak masih mempertahankan gawang masing-masing.  Kedudukan tetap kosong-kosong.  Makin lama main seru. Kedua belah pihak saling menyerang dan bertahan keadaan itu menimbulkan emosi dikalangan penonton dan membuat suasana riuh da nada diantaranya yang melakukan gerakan-gerakan seperti menepuk-nepukkan tangan, menggenggam tangan dan lain sebagainya gerakan semacam ini didorong oleh suatu emosi yang disebut empati.[16]
Masalah-Masalah Praktis
1)      Fungsi Perasaan
a)      Perasaan mempunyai pengaruh yang besar kepada setiap perbuatan dan kemauan kita. Sebab, emosi-emosi itu memberikan sumbangan kepada rasa bahagia atau rasa sendu di hati. Juga terjalin erat dengan segenap kepribadian yang memberikan warna pada suasana hati. Karena itu pendidikan perasaan, penting sekali bagi perkembangan kepribadian.
b)      Perasaan itu cepat dan mudah menular. Guru yang mempunyai stemming (suasana hati) dasar lincah, gembira, memiliki banyak humor dan simpatik, akan memberikan pengaruh kepada pendidikan yang menguntungkan. Sebaliknya, passimisme, sindiran tajam yang kasar (sarkasme), ungkapan-ungkapan yang egoistis, sindiran halus (ironi), kebencian dan antipati, semuanya memberikan pengaruh negative dan menyesakkan hati.
c)      Menyangkut perasaan indriawi seperti panas, dingin, sejuk, sedap, dan lain-lain, juga perasaan vital (senang, bahagia, sedih, dan lain-lain), perlu dilakukan pembiasaan, demi pengembangan kepribadian. Misalnya, membiasakan diri untuk tidak mudah tersinggung, tidak membesar-besarkan perkara, tidak  cengeng, memupuk keberanian, menilai tinggi kebenaran dan menjunjung tinggi keadilan. Orang muda dan anak-anak harus belajar menahan lapar dan dahaga sedilit-sedikit, belajar menahan terhafap dingin atu panasnya matahari, belajar menahan kekecewaan karena maksud hati belum tercapai, semua itu merupakan sarana ampuh untuk media latihan, dalam upaya pengembangan kepribadian manusia seutuhnya.
d)     Di sekolah dan di rumah seyogyanya senantiasa ditumbuhkan perasaan intelektual ini, dalam upaya untuk membangkitkan kesenangan (hobbi) belajar, maka seni mengajar dan seni mendidik itu sebagian besar berupa usaha memupuk  perasaan intlektual ini. Sebab, perasaan ini dapat menibulkan rasa hormat terhadap karya-karya seni karya ilmiah para seniman dan ilmuan, juga rasa takjub terhadap kekuasaan Tuhan Yang Maha Rahman. Demikian juga perasaan-perasaan etis, estesis dan religius perlu dibangun dan dipupuk pada diri anak sedini mungkin, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
e)      Bahwa gangguan yang serius dan kronis pada kehidupan perasaan biasa mengakibatkan timbulnya tingkah laku abnormal dan gejala neurosa.
2)      Emosi dan perkembangan pribadi
Emosi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Namun, meskipun demikian tidak dapat dikatakan bahwa manusia segala-galanya dikuasai oleh emosi. Sebab emosi bukan merupakan gejala jiwa yang dominan bagi manusia, sebab masih ada faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi terhadap kehidupan manusia. Namun demikian peranan emosi bagi manusia tidak dapat diabaikan.
Karena emosi berpengaruh terhadap kejiwaan kita, berarti berpengaruh juga terhadap kemauan dan perbuatan. Maka gejala jiwa itu berpengaruh pula terhadap perkembangan dan pembentukan pribadi.
a)      Kekuatan perasaan dapat diperkuat dan dapat diperlemah. Kemungkinan semacam itu memberi kesempatan yang baik kepada usaha-usaha pendidikan, dalam rangka pembentukan pribadi anak perlu dikembangkan perasaan-perasaan yang baik, luhur, dan positif, misalnya perasaan ketuhanan, perasaan sosial, perasaan keindahan, perasaan intelektual, perasaan harga diri dan perasaan kesusilaan.
b)      Pendidikan perasaan adalah sangat penting. Usahakanlah suasana dan rangang-rangsang yang dapat membangun dan mengembangkan perasaan yang baik dan luhur.
c)      Karena emosi mempunyai sifat menjalar/menular/merembet, maka jangan membawakan emosi-emosi yang negatif dalam hubungannya dengan sesama, baik dalam pergaulan pendidikan maupun dalam pergaulan pada umumnya.[17]


[1] Wasty Soemanto,Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012) hlm.37
[2] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm.101
[4] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 102
[5] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 105
[6] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2012).hlm.38
[7] H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak  & Remaja,(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,2015)hlm.114 & 115
[8] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016)hlm.124 & 125
[10] H. Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak  & Remaja,(Jakarta: PT Remaja Rosdakarya,2015)hlm.116
[12] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016)hlm.125

[13] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum,(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016)hlm.126,128,129 & 130

[14] https://safieraputriauliyah.wordpress.com/2015/08/08/makalah-psikologi-perasaan-dan-emosi// 14/09/2019 20:09                            
[15] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 109
[16] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 110
[17] Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) hlm. 110-112

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Gejala Perasaan Emosi - Psikologi"

Post a Comment